14 Views

gerakanaktualnews.com, Tenggarong – Ribuan umat Hindu di Desa Kertabuana, Tenggarong Seberang, menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 dengan ritual adat dan arakan ogoh-ogoh.

Kegiatan ini menjadi daya tarik bagi umat non-Hindu yang ingin menyaksikan tradisi unik ini.
Sejak siang hari, masyarakat dari berbagai daerah berdatangan ke Desa Kertabuana untuk melihat ogoh-ogoh yang diarak keliling desa.

Tahun ini, terdapat lima ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk yang diusung oleh anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.

“Semuanya tampak menantikan rangkaian kegiatan adat istiadat yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya itu. Terutama saat arak-arakan Ogoh-Ogoh dimulai, ” kata Kepala Desa Kertabuana, I Dewa Ketut Basuki.

Ia mengatakan, toleransi antar umat beragama di Kertabuana begitu tinggi. Hal ini tercermin ketika mereka membantu dalam rangkaian perayaan Hari Nyepi. Selain arak-arakan Ogoh-Ogoh, bentuk toleransi lainnya terlihat saat Catur Brata dimulai.

Catur Brata merupakan salah satu rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi. Di mana umat Hindu akan melaksanakan 4 pantangan dan melakukan puasa selama 24 jam. Adapun larangan yang dimaksud yaitu, Amati Lelungan, larangan untuk berpergian ke luar rumah. Kemudian Amati Karya, tidak boleh melakukan kegiatan fisik selain beribadah.

Lalu ada Amati Lelanguan, larangan untuk mengadakan hiburan dengan tujuan bersenang-senang. Terakhir ada Amati Geni yaitu larangan untuk menyalakan listrik maupun api.

Ditambahkan Ketut Basuki, selama Hari Raya Nyepi akan dilakukan pemadam listrik di malam hari. Kemudian penggunaan pengeras suara seperti azan masih diperbolehkan menggunakan sound system luar, sedangkan mengaji akan menggunakan sound system dalam. (adv/Kominfokukar).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *