Gerakanaktualnews.com, Samarinda — Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Ismail Latisi, menyoroti urgensi keterlibatan orang tua dalam mendampingi anak di tengah derasnya arus digitalisasi. Ia menyampaikan bahwa peran keluarga, terutama orang tua, tak bisa lagi hanya sebagai pelengkap sistem pendidikan formal.
Pernyataan ini disampaikannya usai mencuatnya kasus seorang siswa sekolah dasar di Samarinda yang tertangkap mengakses konten dewasa melalui perangkat elektronik.
Ismail menilai, peristiwa ini mencerminkan lemahnya pengawasan di lingkungan rumah dan kurangnya literasi digital pada tingkat keluarga.
“Sekolah bisa membentuk karakter, tapi pengawasan yang paling mendasar tetap berasal dari rumah. Orang tua harus paham bahwa gawai bukan cuma alat bantu belajar, tapi juga bisa menjadi pintu masuk bagi pengaruh buruk,” ujar Ismail, Senin (26/5/2025).
Sebagai bentuk respons terhadap persoalan tersebut, politisi dari Partai Keadilan Sejahtera ini mendorong adanya program khusus yang menyasar pembekalan bagi orang tua.
Ia menilai, pemerintah kota bersama lembaga pendidikan perlu lebih aktif menyelenggarakan pelatihan parenting, terutama yang membahas aspek pengasuhan di era teknologi.
Ia menambahkan bahwa pelibatan orang tua tak boleh bersifat simbolis. Mereka perlu diberi ruang untuk berdialog, belajar, dan menyadari peran sentral mereka dalam pembentukan karakter anak di luar lingkungan sekolah.
“Kadang sekolah sudah membentuk nilai positif, tapi di rumah tidak diperkuat. Ini bisa menimbulkan kontradiksi dalam proses tumbuh kembang anak,” jelasnya.
Selain isu pengaruh digital, Ismail juga menyuarakan keprihatinan terhadap meningkatnya kekerasan antarsiswa, bahkan di jenjang pendidikan dasar dan menengah pertama. Ia menyebut bahwa gejala ini tak bisa dipandang sebagai tanggung jawab sekolah semata.
Menurutnya, pola asuh dan dinamika di rumah tangga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak di lingkungan sosialnya. Karena itu, solusi pendidikan harus menyentuh akar, yakni keluarga sebagai unit pertama yang membentuk kepribadian.
“Kita tidak bisa berharap generasi yang unggul hanya dari ruang kelas. Ketahanan pendidikan dimulai dari rumah. Ini perlu jadi agenda bersama,” tegas Ismail.
Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menempatkan pendidikan sebagai tugas kolektif. Tanpa keterlibatan aktif keluarga, menurutnya, tujuan mencetak generasi berkualitas hanya akan menjadi wacana kosong. (Adv/dprdsmd)