gerakanaktualnews.com, SAMARINDA — Di balik megahnya Masjid Jami Al-Ma’ruf di kawasan Ramania, Sidodadi, Samarinda Ulu, ada seorang petugas yang perannya jarang terlihat namun dirasakan setiap hari oleh jamaah.
Namanya Taif, 60 tahun, marbut yang telah puluhan tahun memastikan rumah ibadah itu selalu bersih, nyaman, dan siap digunakan dari waktu ke waktu.
Hampir setiap hari, sebelum cahaya Subuh menyelinap ke sela-sela bangunan masjid, Taif sudah lebih dulu memulai tugasnya.
Ia mengecek tempat wudu, menyapu lantai, mengelap kaca, bahkan memperbaiki sendiri jika ada fasilitas yang rusak. Ritme kerja ini sudah melekat seperti bagian dari hidupnya.
“Kalau marbut itu kan merangkap segalanya. Di sini saya yang urus dari kebersihan sampai perbaikan yang ada di masjid,” tuturnya, Jum’at (5/12/2025).
Ketekunan itulah yang tanpa ia sadari mengantarkan namanya masuk dalam daftar penerima Program Gratispol, program umrah gratis dari Pemprov Kaltim.
Tidak ada pemberitahuan sebelumnya, apalagi harapan besar. Semuanya berlangsung begitu tiba-tiba.
“Saya tidak tahu apa-apa. Tiba-tiba tim Gratispol menghubungi. Mungkin ada pengurus masjid yang mendaftarkan saya. Tapi mungkin rezeki saya yang dapat kesempatan ini,” ucapnya.
Program ini memberikan fasilitas lengkap. Dari pengurusan dokumen, tiket pesawat, hingga hotel—semuanya ditanggung pemerintah.
Taif bahkan ditempatkan sekitar 600 meter dari Masjidil Haram, jarak yang sangat dekat bagi jamaah umrah.
“Alhamdulillah, semuanya sangat mudah dan nyaman. Kalau bukan karena program Gubernur Rudy Mas’ud dan Wakil Gubernur Seno Aji, saya tidak akan bisa berangkat,” katanya.
Dalam rombongan ratusan marbut se-Kaltim, Taif ikut menjalani perjalanan hampir sembilan hari di Tanah Suci.
Baginya, suasana ibadah yang begitu padat dan khusyuk menjadi pengalaman yang sulit ia bandingkan dengan apa pun.
“Saya merasa seperti mimpi. Ribuan orang sholat bersama, suasananya luar biasa. Tidak ada kurangnya, semuanya lancar,” kenangnya.
Ia mengaku perjalanan tersebut tidak hanya memperluas pandangan spiritualnya, tetapi juga menjadi momen besar dalam hidupnya.
Terlebih, ini adalah keberangkatan internasional pertamanya, karena selama ini ia jarang bepergian jauh.
“Kalau di sini kan suasananya tenang. Di sana ribuan-ribuan orang sholat. Masya Allah, beda sekali rasanya. Pengalaman yang tidak akan terlupakan,” ungkapnya.
Di luar tugasnya sebagai marbut, Taif juga sempat menjadi sopir dump truck ketika ada pekerjaan.
Namun seiring lapangan kerja menyusut, peran marbut kembali menjadi rutinitas utama yang ia jalani.
Karena itu, penghargaan berupa umrah gratis ini terasa sangat besar artinya bagi dirinya.
“Kami marbut sehari-hari merawat masjid. Membersihkan lantai, memperbaiki kran, memastikan jamaah nyaman. Dengan adanya program ini, kerja keras kami dihargai,” katanya penuh syukur.
Ia bercerita, selama mengikuti program ini, semua proses dibuat sederhana. Koordinasi keberangkatan, pendampingan, hingga fasilitas di Arab Saudi terasa sangat membantu.
“Alhamdulillah, semuanya dipermudah. Tinggal ikut arahan saja, semua difasilitasi,” ujarnya.
Usai kembali ke Samarinda, Taif masih merasakan kedamaian dari perjalanan itu.
Ia berharap agar program serupa tetap berlanjut, sehingga marbut lain yang sudah lama mengabdi juga bisa merasakan pengalaman yang sama.
“Mudah-mudahan marbut lain yang belum merasakan juga bisa ikut berangkat. Program ini sangat membantu dan membahagiakan,” harapnya.
Dan ketika ditanya apakah ia ingin kembali jika ada kesempatan, Taif menjawab dengan sederhana namun penuh harapan.
“Kalau bisa ke sana lagi, siapa yang tidak mau? Tapi yang penting, marbut lain juga harus bisa merasakan,” katanya.
Baginya, perjalanan ke Tanah Suci merupakan pembuktian bahwa kerja sunyi seorang marbut tidak luput dari perhatian.
Pengabdian panjangnya akhirnya berbuah manis dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan.
“Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menginjak Tanah Suci. Semoga program ini terus ada, agar marbut lain juga bisa merasakan kesempatan yang sama,” tutupnya. (Adv/Diskominfokaltim/rt).
