Gerakanaktualnews.com, Makassar — Hari Buruh Internasional atau May Day yang diperingati setiap 1 Mei menjadi ajang penting bagi pekerja di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk menyuarakan hak-hak dan kesejahteraan mereka. Di Indonesia, Hari Buruh pertama kali diperingati pada 1920, namun sempat dilarang pada masa Orde Baru karena dikaitkan dengan gerakan komunis. Setelah reformasi, peringatan ini kembali dihidupkan, bahkan mendapat dukungan dari berbagai kalangan di luar buruh sebagai bentuk solidaritas sosial.
Di sektor kepelabuhanan, peran buruh masih sangat vital, terutama karena modernisasi dan mekanisasi alat bongkar muat belum merata di seluruh pelabuhan di Indonesia. Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) tetap menjadi ujung tombak aktivitas bongkar muat barang. Sistem pengupahan pun masih berdasarkan volume barang yang diangkut, sehingga buruh dengan volume kerja tinggi akan menerima bayaran lebih besar, dan sebaliknya.
Pelabuhan Makassar, yang memiliki fasilitas terminal penumpang Anging Mamiri, menampung sekitar 600 buruh bagasi. Mereka terbagi dalam empat unit kerja yang masing-masing dipimpin oleh seorang mandor. Unit-unit ini dibedakan berdasarkan warna seragam kerja cokelat dan hijau, dan dikenal dengan sebutan buruh cokelat dan buruh hijau.
Pekerjaan buruh pelabuhan sangat bergantung pada kedatangan kapal dan kebutuhan penumpang atas jasa angkut barang. Sistem ini membuat penghasilan mereka tidak menentu. Tak jarang, buruh harus berlomba-lomba naik ke kapal untuk menjemput penumpang dan menawarkan jasa. Situasi ini tidak hanya melelahkan, tetapi juga menimbulkan risiko keselamatan kerja yang tinggi.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, sejak arus mudik dan balik Lebaran 2025, Pelindo Regional 4 Makassar mulai menerapkan pola operasi debarkasi dan embarkasi yang lebih tertib. Pola ini mencakup pengarahan kepada buruh, pemasangan garbarata dan tangga kapal yang aman, serta pengawasan ketat saat buruh naik ke kapal melalui pintu khusus di Terminal Penumpang Anging Mamiri.
General Manager Pelindo Regional 4 Makassar, Iwan Sjarifuddin, menyatakan bahwa pembenahan ini dilakukan untuk meningkatkan ketertiban, keamanan, dan kenyamanan seluruh pihak, baik penumpang maupun buruh.
“Kami bersyukur karena komitmen ini juga didukung oleh saudara-saudara kita buruh bagasi. Semoga dengan pembenahan ini, rasa aman dan nyaman di pelabuhan semakin meningkat,” ujarnya.
Salah satu buruh bagasi, Aswan Saleh A.R yang akrab disapa Dg. Balanda, mengaku merasakan perubahan positif di lapangan.
“Pelabuhan sekarang lebih tertib dan aman. Dulu kami berebut masuk ke kapal, banyak juga yang jatuh. Tapi sekarang lebih teratur,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa pelayanan yang baik kepada penumpang akan berbuah pada rezeki yang lebih baik pula.
Momen Hari Buruh ini menjadi motivasi penting bagi seluruh buruh pelabuhan. Selain memperjuangkan hak-haknya, buruh juga diajak untuk terus meningkatkan pelayanan sebagai bagian dari peningkatan daya saing pelabuhan.
“Buruh adalah tulang punggung perekonomian. Mereka layak dihargai dan diperlakukan dengan adil,” tegas Iwan Sjarifuddin. (Idj)