Gerakanaktualnews.com, Samarinda – Kawasan padat dan tak tertata masih menjadi potret nyata di tengah geliat pembangunan Kota Samarinda. Legislator Komisi III DPRD Samarinda, Maswedi, menyuarakan kekhawatirannya atas kondisi permukiman kumuh yang justru banyak ditemukan di titik-titik strategis kota.
Maswedi menilai, lingkungan tempat tinggal yang jauh dari standar kelayakan tak hanya memengaruhi kesejahteraan warga, tetapi juga membawa dampak serius berupa potensi kebakaran dan penyebaran penyakit. Situasi ini disebutnya sangat kontras dengan citra kota yang tengah dibangun melalui berbagai proyek infrastruktur.
“Pembangunan seperti revitalisasi Pasar Pagi memang patut diapresiasi. Namun jangan dilupakan, masih banyak kantong-kantong kumuh yang tersebar, bahkan di pusat kota. Ketimpangan ini perlu segera ditangani,” ujarnya, Jum’at (16/5/2025).
Kawasan Samarinda Ilir dan Samarinda Kota menjadi titik perhatian karena padatnya populasi serta minimnya penataan hunian. Permukiman di bantaran sungai pun dinilai memperparah kondisi lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Maswedi mengusulkan agar Pemkot segera menyusun langkah strategis melalui kerja sama lintas dinas, terutama Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) serta Dinas PUPR. Ia juga membuka opsi relokasi sebagai solusi jangka panjang, terutama bagi warga yang bermukim di daerah rawan seperti tepi sungai.
“Kalau bisa dimulai dari relokasi, itu akan membantu mengembalikan fungsi sungai sebagai ruang publik yang sehat, bukan hanya aliran air,” tuturnya.
Ia menambahkan, penguatan alokasi anggaran pada tahun 2026 perlu menjadi perhatian khusus agar revitalisasi kawasan kumuh bisa dijalankan secara menyeluruh. Menurutnya, hal ini penting untuk menghindari ketimpangan antar wilayah dalam menikmati hasil pembangunan.
“Pemerataan pembangunan tidak boleh hanya slogan. Perlu konsistensi anggaran dan koordinasi antarinstansi agar perbaikan kawasan kumuh menjadi bagian dari agenda utama pembangunan kota,” pungkasnya. (Adv/dprdsmd)