43 Views

Gerakanaktualnews.com, Samarinda – Lonjakan kasus gigitan hewan penular rabies kembali menjadi sorotan di Kalimantan Timur (Kaltim). Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim melaporkan bahwa hingga April 2025, tercatat sebanyak 1.334 kasus, dengan Kota Balikpapan mencatatkan jumlah terbanyak, yakni 361 insiden.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr. Jaya Mualimin, menilai angka tersebut sebagai peringatan serius. Menurutnya, transmisi virus rabies masih berlangsung dan perlu direspons secara cepat dan tepat.

“Rabies bukan sekadar ancaman statistik. Ini soal nyawa. Penanganan yang lambat bisa berujung fatal,” ungkapnya pada Kamis (22/5/2025).

Dari ratusan laporan tersebut, 391 merupakan kasus baru. Kondisi ini menunjukkan bahwa interaksi manusia dengan hewan penular rabies masih tinggi dan terus terjadi. Sebagai bentuk respon, pemerintah daerah memastikan stok Vaksin Anti Rabies (VAR) selalu tersedia dan langsung diberikan kepada korban gigitan.

Pada situasi tertentu, terutama bila luka tergolong berat atau terjadi di bagian tubuh yang sensitif, pasien juga menerima Serum Anti Rabies (SAR). Hingga laporan ini diturunkan, tujuh individu sudah memperoleh SAR, sedangkan ribuan lainnya mendapatkan VAR sebagai langkah awal penanganan.

Meskipun hanya satu kasus hewan yang dinyatakan positif rabies berdasarkan hasil laboratorium, Pemprov Kaltim tetap mengedepankan prinsip kewaspadaan. Proses evaluasi serta identifikasi wilayah-wilayah berisiko terus dilakukan secara berkala.

“Kami bersyukur belum ada kasus kematian. Ini menunjukkan sistem penanganan yang kami terapkan cukup efektif,” kata dr. Jaya.

Tak hanya Balikpapan, wilayah lain juga mencatat angka signifikan. Samarinda melaporkan 225 kasus, disusul Kutai Barat (164) dan Kutai Timur (152). Wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi menjadi kawasan rawan karena tingginya intensitas kontak antara manusia dan hewan peliharaan.

Dari sisi jenis hewan, anjing menjadi sumber utama gigitan dengan total 705 kasus. Kucing menyusul dengan 588 kasus, lalu monyet (28 kasus), dan sisanya berasal dari hewan liar lain.

“Fakta bahwa hewan peliharaan menjadi penyumbang terbesar harus jadi refleksi bagi para pemilik. Vaksinasi dan kontrol kesehatan hewan peliharaan itu mutlak,” tegasnya.

Sebagai bentuk edukasi publik, masyarakat diminta untuk tidak menunda pertolongan medis jika tergigit. Mencuci luka menggunakan sabun dan antiseptik merupakan langkah darurat penting sebelum mendatangi fasilitas kesehatan.

Dalam menanggulangi penyebaran rabies dari hulu, Dinas Kesehatan juga bekerja sama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH). Upaya pencegahan meliputi vaksinasi rutin hewan peliharaan dan pemantauan populasi hewan liar yang berpotensi menyebarkan virus.

“Kolaborasi lintas sektor ini penting untuk menekan risiko jangka panjang. Kami juga memperkuat layanan primer seperti puskesmas dan rumah sakit dengan fasilitas yang mampu merespons cepat jika terjadi kasus,” tutupnya. (Adv/Diskominfo Kaltim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *